Rabu, 18 Maret 2015

Nama: Pungkas Saputro                                                                   
Nim   :  G1E112017
Prodi  : Agrobisnis Perikanan
Tugas : 04


3 jenis ikan laut beserta alat tangkapnya  dan 1 jenis surat
1.      Ikan Tuna
2.      Ikan Lobster
3.      Ikan Hiu
Ikan Tuna
Klasifikasi dan Ciri Morfologi
Ikan tuna Thunnus maccoyii, Castelnau (1872) memiliki nama lain yaitu tuna sirip biru selatan (Indonesia) dan Southern Bluefin Tuna (Inggris). Menurut Collette dan Nauen (1983) dan Saanin (1986), klasifikasi ikan tuna sirip biru selatan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Scombroidae
Family: Scombridae
Genus : Thunnus
Species : Thunnus maccoyii
Description: https://ikantunaku.files.wordpress.com/2012/04/sbt.jpg?w=500

Ikan tuna SBT, Thunnus maccoyii Castelnau, 1872
(FAO Species Catalogue, 1983)
            Dengan diproklamirkannya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI ) 200 mil dari batas perairan teritorial tanggal 21 Maret 1980, maka luas perairan Indonesia bertambah menjadi ± 5,8 juta Km2. Bertambah luasnya perairan Indonesia memberi harapan baru yang menguntungkan bagi perkembangan perikanan laut.
Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu ton per tahun (Anonymus,1983 ). Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional.

Long Line merupakan salah satu alat tangkap yang efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang ( Swimming layer ) dan sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil.

            Ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.

lobster
1. Morfologi dan Taksonomi Lobster
Udang karang mudah dikenali karena bentuknya yang besar dibandingkan dengan udang niaga lainnya, sehingga disebut juga dengan nama udang barong. Sebagai subfilum Krustase, morfologi lobster terdiri dari kepala, thorax dan abdomen. Kepala dan thorax lobster tertutup oleh karapas dan abdomen terdiri dari enam segmen. Karakteristik yang paling mudah untuk mengenali lobster adalah adanya capit (chelae) besar yang pinggirnya bergerigi tajam yang dimiliki lobster untuk menyobek dan juga menghancurkan makanannya.
Gambaran morfologi udang karang yaitu mempunyai bentuk badan memanjang, silindris, kepala besar ditutupi oleh karapas berbentuk silindris, keras, tebal dan dengan terisi duri-duri besar dan kecil. Mempunyai antenna besar dan panjang menyerupai cambuk, dengan rostum kecil. Pada lobster betina, endopod pada pleopod II tanpa appendix interna/stylamblys. Mata lobster agak tersembunyi di bawah karapas yang ujungnya berduri tajam dan kuat. Lobster memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya bercabang dua, disebut juga sebagai kumis atau sungut. Antena kedua sangat keras dan panjang dengan pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam, sedangkan ekornya melebar seperti kipas. Warna lobster bervariasi tergantung jenisnya, pola-pola duri di kepala, dan warna lobster biasanya dapat dijadikan tanda spesifik jenis lobster.
Secara taksonomi, udang karang atau lobster diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum                :   Arthropoda
Subfilum          :   Crustacea
Klas                  :   Malacostraca
Ordo                 :   Decapoda
Famili               :   Palinuridae
Genus              :   Panulirus
Beberapa jenis lobster yang terdapat di perairan Indonesia dan banyak ditemukan di pasaran antara lain: lobster batik (Panulirus cygnus), lobster bambu (Panulirus versicolor), lobster batu (Panulirus penicilatus), lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus homarus), lobster bunga (Panulirus longiceps).
Genus-genus dari Palinuridae dalam pengelompokan taksonominya menggunakan ciri morfologi dan berhubungan erat dengan letak geografis atau garis lintang dan juga kedalaman air. Keanekaragaman jenisPanulirus sp di perairan daerah tropika lebih besar dari pada di daerah sub-tropika, tetapi kelimpahannya relatif rendah.

2. Habitat Lobster
Lobster mempunyai penyebaran yang sangat luas mulai dari daerah temperate hingga daerah tropis. Habitat hidupnya mulai dari daerah intertidal (pasang surut) sampai perairan yang dalam. Beberapa jenis karang dapat hidup pada kedalaman mencapai 400 m. Lobster dari famili Palinuridae (Panulirus spp.) habitatnya identik dengan terumbu karang atau lingkungan perairan yang berkaitan dengan ekosistem terumbu karang sehingga disebut juga dengan nama udang karang. Palinuridae menyukai hidup pada lubang atau celah-celah batu karang serta dasar dari terumbu karang hidup maupun batu karang mati dan pada pasir berbatu karang disepanjang pantai dan teluk-teluk. Lobster bambu (Panulirus versicolor) misalnya, hidup pada perairan terumbu karang sampai pada kedalaman beberapa meter. Biasanya mendiami tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan jarang ditemukan dalam kelompok yang berjumlah besar. Namun demikian, beberapa spesies yang hidup pada substrat yang berbatu-batu, lumpur atau pasir dan membuat lubang yang lingkungannya tidak berhubungan langsung dengan terumbu karang.
Udang karang (Panulirus sp) kurang menyukai tempat-tempat yang sifatnya terbuka dan terlebih arus yang kuat. Tempat-tempat yang disukai adalah perairan yang terlindung. Kebiasaan hidupnya merangkak di dasar laut berkarang, di antara karang-karang, di gua-gua karang, dan di antara bunga karang. Berdasarkan kebiasaannya merangkak, maka udang karang dapat dikatakan tidak pandai berenang, walaupun memiliki kaki renang (Subani, 1978).
Ø  Alat tangkap lobster
Description:

Permasalahan teknologi tangkap nelayan merupakan salah satu faktor utama penyebab lemahnya daya saing bangsa di dunia perikanan. Minimnya penelitian pengembangan alat tangkap yang aplikatif di bidang industri penangkapan komoditas laut mengakibatkan stagnasi kuantitas penangkapan produk laut dan penggunaan bahan-bahan berbahaya yang lebih instan. Salah satu komoditas laut yang menjadi unggulan adalah Lobster. Lobster memiliki nilai jual tinggi akan tetapi eksplorasinya masih minim karena tidak adanya alat tangkap yang spesifik. Wilayah Paciran adalah salah satu wilayah pesisir Laut Jawa dengan komoditas tangkap lobster tersebut. Pada saat musim lobster tiba, alat tangkap yang digunakan terbatas pada alat tangkap berupa bubu dan jaring yang bukan merupakan alat tangkap lobster. Mengacu pada permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mendesain alat tangkap spesifik untuk menangkap lobster yang sesuai dengan ukuran perahu kecil nelayan Paciran. Perancangan alat tangkap lobster dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk mendapatkan kebutuhan nelayan dan Function Analysis System Technique (FAST) untuk mengembangkan kekuatan teknis berupa fungsi yang lebih detail dan spesifik. Minimasi cost yang dikeluarkan dalam proses pembuatan alat dilakukan pada tahap menginovasi dengan metode FAST berdasarkan komponen dengan cost terbesar dengan menggunakan pendekatan analisis value. Alat yang telah dihasilkan kemudian diprediksi pengaruhnya terhadap kinerja klaster industri perikanan dengan menggunakan causal loop diagram untuk mengetahui indikator-indikator kinerja yang berubah. Dalam penelitian ini, didapatkan alat tangkap lobster spesifik yang secara prinsip telah memenuhi kriteria alat tangkap pasif dan mampu menangkap lobster secara spesifik.





Ikan Hiu
Ikan Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti ikan paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng,Carcharhinus leucas, adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah) dan di delta-delta.
Klasifikasi Ikan Hiu
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Chondrichthyes
Subkelas
: Elasmobranchii
Superordo
: Selachimorpha
Ordo
: Carcharhiniformes
Famili
: Sphyrnidae
Genus
: Sphyrna
Spesies
: Sphyrna sp.

Ciri - Ciri Hiu
Hiu adalah salah satu hewan yang termasuk anggota Condrichthyes (ikan bertulang rawan). Hiu memiliki ciri-ciri utama yaitu :
Vertebrae hiu lengkap dan terpisah.
Rahang hiu dapat di gerakkan.
Hiu memiliki anggota gerak berpasangan.
Adapun ciri khas Ikan Hiu adalah sebagai berikut:
Kulit dengan sisik plachoid dengan kelenjar mucus.
Mulut ventral dilengkapi gigi email. Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada hubungan dengan rongga mulut, memiliki rahang atas dan bawah.
Skeleton berupa tulang rawan tidak ada tulang keras, vertebrae lengkap dan terpisah.
Hewan berdarah dingin, suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan.
Bagian tubuh Ikan Hiu bila diamati dari luar yaitu:
Kepala meruncing kearah anterior
Mulut transversal
Mata
Insang jumlah 5-7 yang masing masing lamelanya terpisah, tidak ada gelembung udara atau vesica natatoria
Sirip
Anatomi Hiu
Gigi
Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus bergerak maju seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari sampai beberapa bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu persatu, kecuali hiu cookiecutter yang mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang memakan moluska dan krustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna untuk menghancurkan, hiu yang memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan mereka yang memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk memotong. Gigi pemakan plankton seperti hiu basking lebih kecil dan non-fungsional.

Kerangka
Kerangka hiu berbeda dengan tulang ikan dan vertebrata darat. Hiu dan ikan bertulang rawan lainnya memiliki kerangka yang terbuat dari tulang rawan dan jaringan ikat. Tulang rawan yang fleksibel dan tahan lama ini memiliki setengah kepadatan pada tulang. Hali ini mengurangi berat kerangka dan hemat energy. Hiu juga tidak memiliki tulang rusuk sehingga di darat hiu dapat menghancurkan berat badannya sendiri.

Rahang

Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik hiu serta butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut “tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.
Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi untuk spesies yang besar seperti hiu banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat dua sampai tiga lapisan bahkan lebih, tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu putih besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan. Pada moncongnya, tulang rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap kekuatan tekanan.
Sirip
Kerangka sirip hiu memiliki bentuk yang memanjang dan lembut serta tidak bersegmen, yang bernama ceratotrichia, filament protein keratin elastis yang menyerupai tanduk di rambut dan bulu. Kebanyakan hiu memiliki delapan sirip. Hiu hanya bisa menjauh dari benda-benda yang berada di depannya karena sirip mereka tidak memungkinkan mereka untuk bergerak menuju ekor pertama mereka.
Kulit
Berbeda dengan ikan bertulang belakang lainnya, hiu memiliki korset kulit kompleks yang terbuat dari serat kolagen fleksibel dan diatur sebagai jaringan heliks di sekitar tubuh mereka. Bagian ini bekerja sebagai kerangka luar yang memberi lampiran untuk otot renang mereka sehingga dapat menghemat energi. Pada zaman dulu kulit hiu telah digunakan sebagai amplas. Kulit gigi mereka memberi keuntungan hidrodinamik karena mengurangi turbulensi saat berenang.
Ekor
Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya bervariasi dari satu jenis dengan jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi dorongan, memberi kecepatan dan percepatan tergantung bentuk ekornya. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal di mana bagian punggungnya biasanya terasa lebih besar dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang belakang hiu meluas ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan yang lebih besar untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih efisien pada ikan bertulang rawan apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki tulang yang paling menyerupai sirip caudal homocercal.

Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang memberikan daya maksimum untuk penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan mendadak. Hiu harimau mampu memutar dan mengubah arah di dalam air dengan mudah ketika berburu untuk mendukungnya mendapat makanan, sedangkan porbeagle, yang berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring memiliki lobus yang lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang mangsanya.

Anatomi Internal

Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago. Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.

Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.

Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang digulung secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu penyerapan nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin yang terbuka ke luar.

Di dalam rongga tubuh juga terdapat pancreas yang merupakan kelenjar pencernaan dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut yang dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium klorida (garam) dari darah.

Sistem Rangka
Hiu serta anggota kelas chondrichthyes lainnya memiliki tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan kapsul otak bergabung menjadi satu. Eksoskeleton hiu merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah. Rahang hiu bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen hiomandibula dari lengkung insang kedua.
Umumnya struktur (alat gerak) hiu bagian depan lebih rumit daripada belakang. Alat gerak hiu berupa sirip. Tulang di bagian ventral dari pusat sirip ikan hiu disebut korakoid, sedangkan yang memanjang ke arah dorsal di bagian tepi sirip disebut skapula. Selanjutnya untuk kelompok ikan ini, tulang gigi berasal dari dermal. Tulang-tulang panggul hiu lebih sederhana daripada bagian gelang bahu dan hampir melekat pada columna vertebralis.
Sistem Peredaran Darah Hiu
Sistem peredaran darah/sirkulasi pada ikan hiu merupakan sistem sirkulasi tunggal. Jantung hiu terdiri atas atrium, ventrikel, sinus venosus, conus arteriosus yang keluar dari ventrikel. Jantung ikan hiu hanya terisi darah yang yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung hiu dipompa menuju ke insang untuk di isi oksigen kemudian diedarkan keseluruh tubuh.
Jantung ikan hiu hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan ventrikel. Dengan konus atau bulbus arteriosus. Sebelum memasuki atrium terlebih dahulu melewati sinus venosus, dari atrium darah kemudian di salurkan ke ventrikel. Kemudian di pompa kearah konus arteriosus menuju ke aorta ventral. Dari aorta ventral darah disalurkan ke insang. Melewati arteri brankia aferentia, selanjutnya dari arteri brankia eferen darah mengumpul pada aorta (arcus aortikus)yang akan menjadi aorta ventral dan dorsal.
Pada saat perkembangan embio, hiu memiliki 6 buah lengkung aorta, meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau mengalami modifikasi. Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan vena kardinalis yang merupakan gabungan pembuluh vena kardial anterior dan posterior.
Darah dari kepala hiu dikumpulkan oleh vena kardial anterior dan darah dari ginjal dikumpulkan oleh vena jardinal posterior. Pembuluh cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis yang menerima darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portalrenalis terdiri dari vena kaudal dan dua pembuluh portal ginjal. Sistem portal hepatic mengalirkan darah dari lambung dan usus kemudian kembali ke hati sesudah itu masuk ke sinus venosus melalui vena katup untuk mencegah darah kembali ke jantung.
Sistem Respirasi Hiu
Insang merupakan ciri pernafasan pada ikanpada umunya, termasuk hiu. Secara embriologis celah insang hiu tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi dari luar. Setiap kali mulut hiu dibuka maka air dari luar akan masuk ke faring kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa keluar masuknya air ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Ikan hiu memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang disebut dengan spirakel
Bentuk Adaptasi Ikan Hiu
Adaptasi Morfologi
Tubuh streamline
Memiliki sirip dorsal, sirip pelvik, sirip anal, sirip kaudal, dan sirip pektoral, untuk berenang
Memiliki gigi yang tajam, untuk merobek-robek mangsanya
Tubuh bagian atas berwarna gelap/sesuai dengan warna air laut dan tubuh bagian bawah berwarna cerah/putih, untuk berkamuflase
Adaptasi Fisiologi
Mengeluarkan urin yang lebih pekat dan sedikit, untuk menurangi kepekatan cairan tubuhnya dan untuk mengimbangi banyaknya air yang keluarnya dari dalam tubuhnya
Memiliki reseptor pada gurat sisi dan ampula lorenzini, untuk mendeteksi medan elektrik yang lemah yang dihasilkan oleh denyut jantung, gerakan insang dan otot2 renang mangsa empuknya
Telinga hiu dilengkapi oleh sel yang peka terhadap tekanan disepanjang tiap sisi tubuhnya, untuk mendeteksi gerakan meronta dari ikan lain
Darah mereka yang hangat, mempercepat pencernaan dan menambah kekuatan serta ketahan mereka
Adaptasi Tingkah Laku
Berenang sampai mendekati pantai untuk menemukan mangsa (anjing laut, penguin, dll)
Berenang dengan sangat cepat sampai mencapai 88 km/jam, untuk mengejar mangsanya yang gesit dan cepat
Sistem Pencernaan Hiu
Sistem pencernaan hiu terdiri dari mulut. Farink, oesofagus yang pendek, Lambung, usus dan bermuara ke anus ;
Mulut trasversal diperkuat oleh gigi yang sama dengan sisik placoid. Gigi setiap kali tanggal diganti dengan gigi yang baru.Mulut merupakan tempat masuknya makanan.hiu memiliki gigi yang berkembang dengan baik yang membuatnya ditakut oleh organism lain.
Farink terdapat celah insang dan spirakel.
Kerongkongan, Ikan hiu memiliki kerongkongan yang  yang pendek dan lebar hampir tidak terlihat dari lambung.
Lambung, Merupakan tempat pancernaan secara kimia dan mekanik.
Usus memiliki klep spiral yang berfungsi memperluas bidang penyerapan dan memperrpanjang proses digesti.
Rectum, dari usus makanan kemudian disalurkan ke rectum dan kloaka. Dari kloaka sisa sisa makanan nantinya disalurkan keluar tubuh. Selain berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa makanan kloaka juga berfungsi sebagai tempat pengeluaran kencing dan sebagai saluran reproduksi.
Sistem Eksresi Hiu
Sistem eksresi pada ikan hiu terdiri dari sepasangan ginjal Urine dikumpulkan dalam tubulus segmental lalu menuju ke ureter dikeluarkan kepapila urogenitalis dan bermuara di kloaka bagian dorsal.
Sistem Reproduksi Hiu
Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual antara jantan dan betina. Hiu jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi claspers sirip pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan Claspers terbentuk dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki testis. Testis internal terletak di ujung anterior tubuh di dalam rongga organ epigonal. Kantung kemih dan saluran reproduksi bergabung bersama untuk membentuk sinus urogenital. Dari sinus urogenitak ini akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur dari claspers dan kemudian disampaikan ke betina selama kopulasi.
Pada hiu betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di anterior dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau tidak ada telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau membran dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. Beberapa hiu menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat melindungi anaknya. Dalam spesies lain telur berkenbang dan menetas didalam rahim betina. Telur yang dihasilkan oleh tiap spesies sangat bervariasi. Ukuran diameter telur hiu sekitar 60 atau 70 mm dan terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya dapat mencapai 300 mm.
Selama sanggama hiu jantan dan betina berhadapan. Hiu jantan memasukkan salah satu claspers ke dalam kloaka betina. Sperma terkandung dalam paket sperma yang disebut spermatophores. Sperma ini kemudian disalurkan ke hiu betina melalui saluran clasper. Perbedaan lain antara hiu jantan dan betina dari beberapa spesies ikan hiu adalah ketebalan kulit mereka. Kulit hiu biru betina hampir dua kali lebih tebal dibandingkan hiu jantan. Hal ini diyakini karena kekejaman perkawinan. Jantan akan sering menggigit betina selama kopulasi sehingga meninggalkan hiu betina dengan keadaan luka. Tanpa ketebalan ekstra betina kulit bisa terluka parah.
Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Secara umum kebanyakan hiu bersifat ovovivipar, namun ada beberapa hiu yang bertelur. Bentuk yang paling maju disebut viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina menyediakan makanan bagi embrio yang ada dalam tubuhnya. Makanan ini disebut sebagai sekresi susu uterus atau melalui koneksi plasenta.
Reproduksi hiu yang kedua disebut ovoviviparity. Hal ini mirip dengan viviparity karena telur dibuahi, menetas dan berkembang di dalam tubuh hiu betina kemudian anak di lahirkan. Dalam hal ini embrio tidak menerima makanan langsung dari ibunya melainkan dari cadangan makana daris sel telur. Cara reproduksi hiu yang terakhir adalah oviparity. Telur hiu diletakkan di ganggang atau koral. Setelah telur aman telur tidak menerima perlindungan atau makanan dari induknya.
Sistem Saraf pada Hiu
1. Systema Nervossum Central (SNC) yang terdiri dari otak dan Medulla Spinalis.
2. Systema Nervossum Peripherium (SNP) yang terdiri dari 10 pasang Nervus Cranialis dan Nervus Spinalis.
3. Systema Nervus Otonom (SNO) yang terdiri dari Nervus Sympaticus dan Nervus Parasympaticus yang bekerja antagonis.
































Jenis Surat
Kepada Yth.
Direktorat Jendral Imigrasi
Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang
Jl. Tmn. Makam Pahlawan Taruna No. 10
Tangerang, Indonesia

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:
                  Nama         :Jane Doe
                  Alamat   :  Newark St. 12
                  No. KTP : 12345678900001

Selanjutnya disebut Pemberi Kuasa.

Dengan ini memberikan kuasa kepada:
                  Nama         : Pungkas saputro
                  Alamat   : Newark St. 12
                  No. KTP :  12345678900002

Selanjutnya disebut Penerima Kuasa.
Yang mempunyai hubungan Kakak Kandung dari Pemberi Kuasa.

KHUSUS

Untuk sewaktu-waktu bertindak atas nama PEMBERI KUASA melakukan pengambilan PASPOR di Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang (Jl. Tmn. Makam Pahlawan Taruna No. 10, Tangerang).

Surat kuasa ini berlaku secara efektif sejak ditandatangani dan akan terus berlaku hingga Paspor diterima oleh Penerima Kuasa.

Demikian surat kuasa ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana seharusnya.



                                                                                                         Tangerang, 8 Februari 2015

         PEMBERI KUASA,                                                                    PENERIMA KUASA,                               


          MATERAI 6000                                                                                 Pungkas saputro


            JANE DOE                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar