Nama: Pungkas Saputro
Nim : G1E112017
Prodi :
Agrobisnis Perikanan
Tugas : 04
3 jenis ikan laut beserta alat
tangkapnya dan 1 jenis surat
1.
Ikan
Tuna
2.
Ikan Lobster
3.
Ikan
Hiu
Ikan Tuna
Klasifikasi
dan Ciri Morfologi
Ikan tuna Thunnus maccoyii, Castelnau (1872) memiliki nama lain yaitu
tuna sirip biru selatan (Indonesia) dan Southern Bluefin Tuna (Inggris).
Menurut Collette dan Nauen (1983) dan Saanin (1986), klasifikasi ikan tuna
sirip biru selatan adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Subphylum :
Vertebrata
Class : Pisces
Subclass :
Teleostei
Ordo :
Perciformes
Subordo :
Scombroidae
Family:
Scombridae
Genus :
Thunnus
Species :
Thunnus maccoyii
Ikan tuna SBT,
Thunnus maccoyii Castelnau, 1872
(FAO Species
Catalogue, 1983)
Dengan
diproklamirkannya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI ) 200 mil
dari batas perairan teritorial tanggal 21 Maret 1980, maka luas perairan
Indonesia bertambah menjadi ± 5,8 juta Km2. Bertambah luasnya
perairan Indonesia memberi harapan baru yang menguntungkan bagi perkembangan
perikanan laut.
Potensi lestari sumberdaya hayati perikanan tuna di
perairan teritorial dan ZEEI diperkirakan 258,8 ribu ton per tahun (Anonymus,1983 ).
Bertambahnya potensi perikanan tuna dari ZEEI merupakan tantangan bagi kita
untuk dapat mengelola dan memanfaatkannya secara rasional.
Long Line merupakan salah satu alat tangkap yang
efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena konstruksinya
mampu menjangkau kedalaman renang ( Swimming layer ) dan
sangat sesuai untuk dioperasikan di perairan ZEEI 200 mil.
Ikan tuna merupakan salah satu
komoditas perikanan yang mempunyai nilai tambah yang cukup berarti dipasaran
ikan Internasional. Hal ini terbukti dengan adanya permintaan tuna segar
dipasaran Jepang yang mencapai 250 – 350 ton per hari, sehingga hal ini menjadi
suatu tantangan bagi Indonesia yang mempunyai potensi lestari khusus untuk ikan
tuna sebesar 258,8 ribu ton / tahun.
lobster
1. Morfologi dan Taksonomi Lobster
Udang karang mudah dikenali
karena bentuknya yang besar dibandingkan dengan udang niaga lainnya, sehingga
disebut juga dengan nama udang barong. Sebagai subfilum Krustase, morfologi
lobster terdiri dari kepala, thorax dan abdomen. Kepala dan thorax lobster
tertutup oleh karapas dan abdomen terdiri dari enam segmen. Karakteristik yang
paling mudah untuk mengenali lobster adalah adanya capit (chelae) besar
yang pinggirnya bergerigi tajam yang dimiliki lobster untuk menyobek dan juga
menghancurkan makanannya.
Gambaran morfologi udang karang yaitu mempunyai bentuk
badan memanjang, silindris, kepala besar ditutupi oleh karapas berbentuk
silindris, keras, tebal dan dengan terisi duri-duri besar dan kecil. Mempunyai
antenna besar dan panjang menyerupai cambuk, dengan rostum kecil. Pada lobster
betina, endopod pada pleopod II tanpa appendix interna/stylamblys. Mata lobster
agak tersembunyi di bawah karapas yang ujungnya berduri tajam dan kuat. Lobster
memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya bercabang dua,
disebut juga sebagai kumis atau sungut. Antena kedua sangat keras dan panjang
dengan pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam, sedangkan
ekornya melebar seperti kipas. Warna lobster bervariasi tergantung jenisnya,
pola-pola duri di kepala, dan warna lobster biasanya dapat dijadikan tanda
spesifik jenis lobster.
Secara
taksonomi, udang karang atau lobster diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum
: Arthropoda
Subfilum
: Crustacea
Klas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Palinuridae
Genus
: Panulirus
Lobster genus Panulirus terdiri dari banyak spesies atau
jenis, antara lain Panulirus
argus, Panulirus
cygnus,Panulirus echinatus, Panulirus femoristriga, Panulirus gracilis, Panulirus guttatus, Panulirus homarus,Panulirus inflatus, Panulirus
interruptus, Panulirus
japonicus, Panulirus laevicauda, Panulirus longipes,Panulirus marginatus, Panulirus ornatus, Panulirus pascuensis dan Panulirus penicillatus.
Beberapa jenis lobster yang terdapat di perairan Indonesia
dan banyak ditemukan di pasaran antara lain: lobster batik (Panulirus cygnus),
lobster bambu (Panulirus versicolor), lobster batu (Panulirus
penicilatus), lobster mutiara (Panulirus ornatus), lobster pasir (Panulirus
homarus), lobster bunga (Panulirus
longiceps).
Genus-genus dari Palinuridae dalam pengelompokan
taksonominya menggunakan ciri morfologi dan berhubungan erat dengan letak
geografis atau garis lintang dan juga kedalaman air. Keanekaragaman jenisPanulirus
sp di perairan daerah tropika
lebih besar dari pada di daerah sub-tropika, tetapi kelimpahannya relatif
rendah.
2. Habitat Lobster
Lobster mempunyai penyebaran
yang sangat luas mulai dari daerah temperate hingga daerah tropis. Habitat
hidupnya mulai dari daerah intertidal (pasang surut) sampai perairan yang
dalam. Beberapa jenis karang dapat hidup pada kedalaman mencapai 400 m. Lobster
dari famili Palinuridae (Panulirus spp.) habitatnya identik dengan
terumbu karang atau lingkungan perairan yang berkaitan dengan ekosistem terumbu
karang sehingga disebut juga dengan nama udang karang. Palinuridae menyukai
hidup pada lubang atau celah-celah batu karang serta dasar dari terumbu karang
hidup maupun batu karang mati dan pada pasir berbatu karang disepanjang pantai
dan teluk-teluk. Lobster bambu (Panulirus versicolor) misalnya, hidup
pada perairan terumbu karang sampai pada kedalaman beberapa meter. Biasanya
mendiami tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan jarang
ditemukan dalam kelompok yang berjumlah besar. Namun demikian, beberapa spesies
yang hidup pada substrat yang berbatu-batu, lumpur atau pasir dan membuat
lubang yang lingkungannya tidak berhubungan langsung dengan terumbu karang.
Udang karang (Panulirus sp)
kurang menyukai tempat-tempat yang sifatnya terbuka dan terlebih arus yang
kuat. Tempat-tempat yang disukai adalah perairan yang terlindung. Kebiasaan
hidupnya merangkak di dasar laut berkarang, di antara karang-karang, di gua-gua
karang, dan di antara bunga karang. Berdasarkan kebiasaannya merangkak, maka
udang karang dapat dikatakan tidak pandai berenang, walaupun memiliki kaki
renang (Subani, 1978).
Ø
Alat tangkap lobster
Description:
Permasalahan teknologi
tangkap nelayan merupakan salah satu faktor utama penyebab lemahnya daya saing
bangsa di dunia perikanan. Minimnya penelitian pengembangan alat tangkap yang
aplikatif di bidang industri penangkapan komoditas laut mengakibatkan stagnasi
kuantitas penangkapan produk laut dan penggunaan bahan-bahan berbahaya yang
lebih instan. Salah satu komoditas laut yang menjadi unggulan adalah Lobster.
Lobster memiliki nilai jual tinggi akan tetapi eksplorasinya masih minim karena
tidak adanya alat tangkap yang spesifik. Wilayah Paciran adalah salah satu
wilayah pesisir Laut Jawa dengan komoditas tangkap lobster tersebut. Pada saat musim
lobster tiba, alat tangkap yang digunakan terbatas pada alat tangkap berupa
bubu dan jaring yang bukan merupakan alat tangkap lobster. Mengacu pada
permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mendesain alat tangkap
spesifik untuk menangkap lobster yang sesuai dengan ukuran perahu kecil nelayan
Paciran. Perancangan alat tangkap lobster dilakukan dengan metode Quality
Function Deployment (QFD) untuk mendapatkan kebutuhan nelayan dan Function
Analysis System Technique (FAST) untuk mengembangkan kekuatan teknis berupa
fungsi yang lebih detail dan spesifik. Minimasi cost yang dikeluarkan dalam
proses pembuatan alat dilakukan pada tahap menginovasi dengan metode FAST
berdasarkan komponen dengan cost terbesar dengan menggunakan pendekatan
analisis value. Alat yang telah dihasilkan kemudian diprediksi pengaruhnya
terhadap kinerja klaster industri perikanan dengan menggunakan causal loop
diagram untuk mengetahui indikator-indikator kinerja yang berubah. Dalam
penelitian ini, didapatkan alat tangkap lobster spesifik yang secara prinsip
telah memenuhi kriteria alat tangkap pasif dan mampu menangkap lobster secara
spesifik.
Ikan Hiu
Ikan Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan
dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka
bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh,
tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang,
kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk
melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah
dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan.
Hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang
panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang
mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti ikan paus, hanya memakan
plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng,Carcharhinus leucas,
adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut
maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah)
dan di delta-delta.
Klasifikasi
Ikan Hiu
Kingdom
:
Animalia
Filum
:
Chordata
Subfilum
:
Vertebrata
Kelas
:
Chondrichthyes
Subkelas
:
Elasmobranchii
Superordo
:
Selachimorpha
Ordo
:
Carcharhiniformes
Famili
:
Sphyrnidae
Genus
:
Sphyrna
Spesies
:
Sphyrna sp.
Ciri
- Ciri Hiu
Hiu
adalah salah satu hewan yang termasuk anggota Condrichthyes (ikan bertulang
rawan). Hiu memiliki ciri-ciri utama yaitu :
Vertebrae
hiu lengkap dan terpisah.
Rahang
hiu dapat di gerakkan.
Hiu
memiliki anggota gerak berpasangan.
Adapun
ciri khas Ikan Hiu adalah sebagai berikut:
Kulit
dengan sisik plachoid dengan kelenjar mucus.
Mulut
ventral dilengkapi gigi email. Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada
hubungan dengan rongga mulut, memiliki rahang atas dan bawah.
Skeleton
berupa tulang rawan tidak ada tulang keras, vertebrae lengkap dan terpisah.
Hewan
berdarah dingin, suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan.
Bagian
tubuh Ikan Hiu bila diamati dari luar yaitu:
Kepala
meruncing kearah anterior
Mulut
transversal
Mata
Insang
jumlah 5-7 yang masing masing lamelanya terpisah, tidak ada gelembung udara
atau vesica natatoria
Sirip
Anatomi
Hiu
Gigi
Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang
secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris
gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus bergerak maju
seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi
semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari
sampai beberapa bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu
persatu, kecuali hiu cookiecutter yang mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu
yang memakan moluska dan krustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang
berguna untuk menghancurkan, hiu yang memakan ikan-ikan memiliki gigi yang
seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan mereka yang memakan mangsa
yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih rendah untuk
mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk
memotong. Gigi pemakan plankton seperti hiu basking lebih kecil dan non-fungsional.
Kerangka
Kerangka hiu berbeda dengan tulang ikan dan vertebrata
darat. Hiu dan ikan bertulang rawan lainnya memiliki kerangka yang terbuat dari
tulang rawan dan jaringan ikat. Tulang rawan yang fleksibel dan tahan lama ini
memiliki setengah kepadatan pada tulang. Hali ini mengurangi berat kerangka dan
hemat energy. Hiu juga tidak memiliki tulang rusuk sehingga di darat hiu dapat
menghancurkan berat badannya sendiri.
Rahang
Rahang
hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang
insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik
hiu serta butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal
piring kecil yang disebut “tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium
yang diatur menjadi mosaik. Hal ini memberikan banyak kekuatan pada
daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.
Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi
untuk spesies yang besar seperti hiu banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat
dua sampai tiga lapisan bahkan lebih, tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu
putih besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan. Pada moncongnya, tulang
rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap kekuatan
tekanan.
Sirip
Kerangka
sirip hiu memiliki bentuk yang memanjang dan lembut serta tidak bersegmen, yang
bernama ceratotrichia, filament protein keratin elastis yang menyerupai tanduk
di rambut dan bulu. Kebanyakan hiu memiliki delapan sirip. Hiu hanya bisa
menjauh dari benda-benda yang berada di depannya karena sirip mereka tidak
memungkinkan mereka untuk bergerak menuju ekor pertama mereka.
Kulit
Berbeda dengan ikan bertulang belakang lainnya, hiu
memiliki korset kulit kompleks yang terbuat dari serat kolagen fleksibel dan
diatur sebagai jaringan heliks di sekitar tubuh mereka. Bagian ini bekerja
sebagai kerangka luar yang memberi lampiran untuk otot renang mereka sehingga
dapat menghemat energi. Pada zaman dulu kulit hiu telah digunakan sebagai
amplas. Kulit gigi mereka memberi keuntungan hidrodinamik karena mengurangi
turbulensi saat berenang.
Ekor
Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya
bervariasi dari satu jenis dengan jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi
dorongan, memberi kecepatan dan percepatan tergantung bentuk ekornya. Hiu
memiliki sirip ekor heterocercal di mana bagian punggungnya biasanya terasa
lebih besar dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang
belakang hiu meluas ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan
yang lebih besar untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih
efisien pada ikan bertulang rawan apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki
tulang yang paling menyerupai sirip caudal homocercal.
Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang
memberikan daya maksimum untuk penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan
mendadak. Hiu harimau mampu memutar dan mengubah arah di dalam air dengan mudah
ketika berburu untuk mendukungnya mendapat makanan, sedangkan porbeagle, yang
berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring memiliki lobus yang
lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang mangsanya.
Anatomi
Internal
Anatomi
internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang
keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka
kartilago. Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama
ditemui adalah hati. Hati menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu
berukuran besar, lembut dan berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari
total berat badan.
Hati
hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena
semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ
hidrostatik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini
mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya apung tubuh untuk mencegah
tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat dilihat di dalam rongga tubuh. Di
dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.
Perut
hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada
duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang
digulung secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk
membantu penyerapan nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang
pada gilirannya akan bermuara di kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran
pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin yang terbuka ke luar.
Di
dalam rongga tubuh juga terdapat pancreas yang merupakan kelenjar pencernaan
dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak
termasuk dalam sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan
organ gelap di dekat perut yang dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua
adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh saluran ke dalam anus.
Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium klorida
(garam) dari darah.
Sistem
Rangka
Hiu serta anggota kelas chondrichthyes lainnya memiliki
tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan kapsul otak bergabung
menjadi satu. Eksoskeleton hiu merupakan mantel keras seperti email pada gigi
vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge
dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago palate-quadrat dan
kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang
bawah. Rahang hiu bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen
hiomandibula dari lengkung insang kedua.
Umumnya struktur (alat gerak) hiu bagian depan lebih rumit
daripada belakang. Alat gerak hiu berupa sirip. Tulang di bagian ventral dari
pusat sirip ikan hiu disebut korakoid, sedangkan yang memanjang ke arah dorsal
di bagian tepi sirip disebut skapula. Selanjutnya untuk kelompok ikan ini,
tulang gigi berasal dari dermal. Tulang-tulang panggul hiu lebih sederhana
daripada bagian gelang bahu dan hampir melekat pada columna vertebralis.
Sistem
Peredaran Darah Hiu
Sistem peredaran darah/sirkulasi pada ikan hiu merupakan
sistem sirkulasi tunggal. Jantung hiu terdiri atas atrium, ventrikel, sinus
venosus, conus arteriosus yang keluar dari ventrikel. Jantung ikan hiu hanya
terisi darah yang yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung hiu dipompa
menuju ke insang untuk di isi oksigen kemudian diedarkan keseluruh tubuh.
Jantung ikan hiu hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan
ventrikel. Dengan konus atau bulbus arteriosus. Sebelum memasuki atrium
terlebih dahulu melewati sinus venosus, dari atrium darah kemudian di salurkan
ke ventrikel. Kemudian di pompa kearah konus arteriosus menuju ke aorta
ventral. Dari aorta ventral darah disalurkan ke insang. Melewati arteri brankia
aferentia, selanjutnya dari arteri brankia eferen darah mengumpul pada aorta
(arcus aortikus)yang akan menjadi aorta ventral dan dorsal.
Pada saat perkembangan embio, hiu memiliki 6 buah lengkung
aorta, meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau mengalami
modifikasi. Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan vena kardinalis
yang merupakan gabungan pembuluh vena kardial anterior dan posterior.
Darah dari kepala hiu dikumpulkan oleh vena kardial
anterior dan darah dari ginjal dikumpulkan oleh vena jardinal posterior.
Pembuluh cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis yang menerima darah
dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portalrenalis terdiri dari vena
kaudal dan dua pembuluh portal ginjal. Sistem portal hepatic mengalirkan darah
dari lambung dan usus kemudian kembali ke hati sesudah itu masuk ke sinus
venosus melalui vena katup untuk mencegah darah kembali ke jantung.
Sistem
Respirasi Hiu
Insang merupakan ciri pernafasan pada ikanpada umunya,
termasuk hiu. Secara embriologis celah insang hiu tumbuh sebagai hasil dari
serentetan evaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi
dari luar. Setiap kali mulut hiu dibuka maka air dari luar akan masuk ke faring
kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa keluar masuknya air ini
melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Ikan hiu memiliki 5-7
pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang disebut
dengan spirakel
Bentuk
Adaptasi Ikan Hiu
Adaptasi
Morfologi
Tubuh
streamline
Memiliki
sirip dorsal, sirip pelvik, sirip anal, sirip kaudal, dan sirip pektoral, untuk
berenang
Memiliki
gigi yang tajam, untuk merobek-robek mangsanya
Tubuh
bagian atas berwarna gelap/sesuai dengan warna air laut dan tubuh bagian bawah
berwarna cerah/putih, untuk berkamuflase
Adaptasi
Fisiologi
Mengeluarkan urin yang lebih pekat dan sedikit, untuk
menurangi kepekatan cairan tubuhnya dan untuk mengimbangi banyaknya air yang
keluarnya dari dalam tubuhnya
Memiliki reseptor pada gurat sisi dan ampula lorenzini,
untuk mendeteksi medan elektrik yang lemah yang dihasilkan oleh denyut jantung,
gerakan insang dan otot2 renang mangsa empuknya
Telinga hiu dilengkapi oleh sel yang peka terhadap tekanan
disepanjang tiap sisi tubuhnya, untuk mendeteksi gerakan meronta dari ikan lain
Darah mereka yang hangat, mempercepat pencernaan dan
menambah kekuatan serta ketahan mereka
Adaptasi
Tingkah Laku
Berenang
sampai mendekati pantai untuk menemukan mangsa (anjing laut, penguin, dll)
Berenang
dengan sangat cepat sampai mencapai 88 km/jam, untuk mengejar mangsanya yang
gesit dan cepat
Sistem
Pencernaan Hiu
Sistem
pencernaan hiu terdiri dari mulut. Farink, oesofagus yang pendek, Lambung, usus
dan bermuara ke anus ;
Mulut trasversal diperkuat oleh gigi yang sama dengan sisik
placoid. Gigi setiap kali tanggal diganti dengan gigi yang baru.Mulut merupakan
tempat masuknya makanan.hiu memiliki gigi yang berkembang dengan baik yang
membuatnya ditakut oleh organism lain.
Farink
terdapat celah insang dan spirakel.
Kerongkongan,
Ikan hiu memiliki kerongkongan yang yang pendek dan lebar hampir
tidak terlihat dari lambung.
Lambung,
Merupakan tempat pancernaan secara kimia dan mekanik.
Usus
memiliki klep spiral yang berfungsi memperluas bidang penyerapan dan
memperrpanjang proses digesti.
Rectum,
dari usus makanan kemudian disalurkan ke rectum dan kloaka. Dari kloaka sisa
sisa makanan nantinya disalurkan keluar tubuh. Selain berfungsi sebagai tempat
pengeluaran sisa makanan kloaka juga berfungsi sebagai tempat pengeluaran
kencing dan sebagai saluran reproduksi.
Sistem
Eksresi Hiu
Sistem eksresi pada ikan hiu terdiri dari sepasangan ginjal
Urine dikumpulkan dalam tubulus segmental lalu menuju ke ureter dikeluarkan
kepapila urogenitalis dan bermuara di kloaka bagian dorsal.
Sistem
Reproduksi Hiu
Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual
antara jantan dan betina. Hiu jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi
claspers sirip pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan Claspers
terbentuk dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki testis. Testis
internal terletak di ujung anterior tubuh di dalam rongga organ epigonal.
Kantung kemih dan saluran reproduksi bergabung bersama untuk membentuk sinus
urogenital. Dari sinus urogenitak ini akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur
dari claspers dan kemudian disampaikan ke betina selama kopulasi.
Pada hiu betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di
anterior dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau
tidak ada telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau
membran dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. Beberapa
hiu menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat melindungi anaknya. Dalam
spesies lain telur berkenbang dan menetas didalam rahim betina. Telur yang
dihasilkan oleh tiap spesies sangat bervariasi. Ukuran diameter telur hiu
sekitar 60 atau 70 mm dan terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya
dapat mencapai 300 mm.
Selama sanggama hiu jantan dan betina berhadapan. Hiu
jantan memasukkan salah satu claspers ke dalam kloaka betina. Sperma terkandung
dalam paket sperma yang disebut spermatophores. Sperma ini kemudian disalurkan
ke hiu betina melalui saluran clasper. Perbedaan lain antara hiu jantan dan
betina dari beberapa spesies ikan hiu adalah ketebalan kulit mereka. Kulit hiu
biru betina hampir dua kali lebih tebal dibandingkan hiu jantan. Hal ini
diyakini karena kekejaman perkawinan. Jantan akan sering menggigit betina
selama kopulasi sehingga meninggalkan hiu betina dengan keadaan luka. Tanpa
ketebalan ekstra betina kulit bisa terluka parah.
Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Secara umum kebanyakan
hiu bersifat ovovivipar, namun ada beberapa hiu yang bertelur. Bentuk yang
paling maju disebut viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina menyediakan
makanan bagi embrio yang ada dalam tubuhnya. Makanan ini disebut sebagai
sekresi susu uterus atau melalui koneksi plasenta.
Reproduksi hiu yang kedua disebut ovoviviparity. Hal ini
mirip dengan viviparity karena telur dibuahi, menetas dan berkembang di dalam
tubuh hiu betina kemudian anak di lahirkan. Dalam hal ini embrio tidak menerima
makanan langsung dari ibunya melainkan dari cadangan makana daris sel telur.
Cara reproduksi hiu yang terakhir adalah oviparity. Telur hiu diletakkan di
ganggang atau koral. Setelah telur aman telur tidak menerima perlindungan atau
makanan dari induknya.
Sistem
Saraf pada Hiu
1.
Systema Nervossum Central (SNC) yang terdiri dari otak dan Medulla Spinalis.
2.
Systema Nervossum Peripherium (SNP) yang terdiri dari 10 pasang Nervus
Cranialis dan Nervus Spinalis.
3.
Systema Nervus Otonom (SNO) yang terdiri dari Nervus Sympaticus dan Nervus Parasympaticus
yang bekerja antagonis.
Jenis Surat
Kepada Yth.
Direktorat Jendral Imigrasi
Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang
Jl. Tmn. Makam Pahlawan Taruna No. 10
Tangerang, Indonesia
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :Jane Doe
Alamat : Newark
St. 12
No.
KTP : 12345678900001
Selanjutnya disebut Pemberi Kuasa.
Dengan ini memberikan kuasa kepada:
Nama : Pungkas saputro
Alamat : Newark
St. 12
No.
KTP : 12345678900002
Selanjutnya disebut Penerima Kuasa.
Yang mempunyai hubungan Kakak Kandung
dari Pemberi Kuasa.
KHUSUS
Untuk sewaktu-waktu bertindak atas nama
PEMBERI KUASA melakukan pengambilan PASPOR di Kantor Imigrasi Kelas I Tangerang
(Jl. Tmn. Makam Pahlawan Taruna No. 10, Tangerang).
Surat kuasa ini berlaku secara efektif
sejak ditandatangani dan akan terus berlaku hingga Paspor diterima oleh
Penerima Kuasa.
Demikian surat kuasa ini dibuat untuk
dapat dipergunakan sebagaimana seharusnya.
Tangerang, 8
Februari 2015
PEMBERI KUASA, PENERIMA
KUASA,
MATERAI 6000
Pungkas saputro
JANE DOE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar